Sebuah contoh kasus menarik adalah di sebuah perusahaan pembuat bahan baku makanan olahan. Pada awal awal berdirinya perusahaan ini merupakan sebuah usaha kecil yang padat karya. Di mana tenaga kerja banyak mendapatkan dukungan dari owner maupun manajemen.
Seperti contoh misalnya jam kerja yang flexible, pekerjaan yang nyaris tanpa memiliki target, dan juga layanan yang tidak optimal. Hal-hal tersebut masih berjalan dan tidak terlalu mendapatkan resistensi dari decision maker baik itu manajemen maupun owner. Alasannya adalah karena owner berpikir bahwa karyawan telah berjasa selama ini Untuk mengantarkan perusahaan dari yang sebelumnya hanya usaha kecil rumahan menjadi usaha yang lebih besar di mana memiliki omset yang jauh lebih besar dari yang di awal-awal saat masih merintis. Dari situ owner berpikir bahwa karyawan sangat berjasa terhadap membesarnya perusahaan.
Hingga suatu ketika owner terbuka pemikirannya bahwa dia tidak boleh untuk kalah terhadap budaya perusahaan yang terlalu lembek tersebut. Karena bagaimanapun juga dia sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan perusahaan nya harus memiliki visi dan misi yang harus dikejar. Sehingga pada akhirnya owner berpikir untuk menegakkan disiplin yang lebih baik bagi para karyawannya.
Sampai kemudian muncul pemikiran bahwa walaupun karyawannya telah banyak berjasa tapi kan sudah digaji selama ini. Jadi sudah tidak ada lagi istilah hutang Budi. Kecuali hutang Budi terhadap karyawan yang berprestasi tentunya gimana karyawan tersebut harus mendapatkan reward atau bonus yang signifikan.
Akhirnya owner merombak total system yang ada di perusahaannya. Jadi para karyawan yang tidak memiliki etos kerja sesuai yang diinginkan akan di nonaktifkan atau dipecat. Namun tentunya cara pemecatan adalah dengan cara yang elegan. Saat ini owner menerapkan sistem scoreboard. Dimana setiap karyawan memiliki scoreboard masing-masing yang mana didalamnya ada target-target harian atau bahkan tekanan yang harus dicapai.
Jika skor tersebut tercapai maka karyawan akan mendapatkan reward yang besarnya cukup signifikan. Dalam konteks ini owner bisa memberikan bonus sampai dengan 40%. Namun sebaliknya jika scoreboard tersebut tidak dapat dicapai oleh karyawan maka ada sistem punishment. Di mana besarannya bisa mencapai 25%. Merupakan angka yang cukup besar jika dilihat dari total gaji yang diterima.
Akhirnya dengan kebijakan ini banyak kemajuan yang didapatkan oleh perusahaan tersebut. Di mana target besaran produksi lumayan dapat tercapai meskipun belum 100%. Dengan menerapkan kebijakan tersebut sekaligus sebagai pembuktian bahwa owner tidak kalah dengan keinginan pegawainya. Walaupun pada akhirnya ada tidak kurang dari 20 orang yang secara personality akhirnya tereliminasi atau dipecat. Namun sisi baiknya perusahaan berjalan diatas rel yang ditentukan. Selain itu keuntungan lain yang didapat adalah mereka yang masuk daftar eliminasi tersebut biasanya adalah penyakit. Sehingga dengan keluarkan yang mereka menjadikan perusahaan jauh lebih sehat.
Begitulah salah satu sisi penting Bagaimana seorang owner dari sebuah perusahaan harus memiliki kemampuan untuk menang dan tidak mau kalah begitu saja dengan kehendak karyawannya. Pentingnya untuk menjadi seorang leader yang kokoh.